Jum'at, 29 Maret 2024
Follow:
 
FAKTA POST / Pemprov Riau
Advetorial,
Pembinaan Sumberdaya, Modal Peningkatan Mutu Olahraga PON

Rabu, 28/09/2016 - 08:29:38 WIB
Gubernur Riau, H. Arsyadjuliandi Rachman dan Ketua KONI Riau, Emrizal Pakis.
TERKAIT:
   
 

Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab.

PEKANBARU:PON merupakan event yang sangat penting. Siapapun yang ditunjuk sebagai tuan rumah, pasti akan mendapat dukungan penuh dari pusat dengan dibangunnya beberapa infrastruktur baru, tidak hanya venue lomba, namun juga akses jalan raya dan transportasi. Dari sisi ekonomi, pendapatan masyarakat akan naik cukup signifikan karena banyak masyarakat dari luar daerah akan mengunjungi tuan rumah untuk menyaksikan jalannya lomba.

SEJARAH PON.
Penetapan tanggal 9 September sebagai Haornas diawali dengan diadakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama kali yang berlangsung mulai 9 s.d.12 September 1948 di Surakarta.

PON ke-I dijuarai oleh karesidenan Solo. Dahulu, pesertanya bukan antar provinsi, namun antar karesidenan. Saat itu hanya ada 13 kontingen karesidenan dengan 600 atlet yaitu  Surakarta, Yogyakarta, Bandung, Madiun, Magelang, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kediri, Kedu, dan Surabaya.

Cabang olahraga yang dilombakan pada waktu itu terbatas, hanya ada 9 cabor, antara lain: Atletik, lempar cakram, bulu tangkis, sepak bola, tennis, renang, pencak silat, panahan, dan bola basket. Total medali yang diperebutkan dengan sistem emas, medali, perak berjumlah 108 medali.


PON perdana ini diresmikan oleh Presiden Soekarno serta ditutup oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI).

Mengkaji sistem pembinaan olahraga di Indonesia pada hakikatnya adalah mengkaji upaya pembinaan Sumber Daya Insani Indonesia. Dengan kata lain, upaya pembinaan ini tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Harre, Ed. mengemukakan bahwa pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematik, tekun dan berkelanjutan, diharapkan akan dapat mencapai prestasi yang bermakna. Proses pembinaan memerlukan waktu yang lama, yakni mulai dari masa kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang tertinggi.

Pembinaan dimulai dari program umum mengenai latihan dasar mengarah pada pengembangan efisiensi olahraga secara komprehensif dan kemudian berlatih yang dispesialisasikan pada cabang olahraga tertentu.

Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangankan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, dalam rangka memberikan pengetahuan dan keteram-pilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemam-puan sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.

PEMBINAAN MENTAL.
Mental adalah keseluruhan struktur dan keseluruhan proses-proses dari unsur-unsur kejiwaan yang terorganisasi, maka pemahaman manusia sebagai kesatuan psiko-fisik yang organis merupakan prinsip-prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan. Dengan demikian pendekatan psiko-fisik saat ini telah berkembang lebih lanjut kepada pendekatan holistik yaitupendekatan manusia seutuhnya, baik sebagai kesatuan jiwa-raga yang organis, sebagai mahluksosial dan sbagai makhluk tuhan yang bersifat dinamis.

*Motivasi, merupakan prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan yaitu setiap manusia ingin memenuhi kebutuhan dan mendapat kepuasan. Dalam olahraga motif berprestasi merupakan tuntutan kebutuhan yang utama sehingga mendapatkan keberhasilan.

*Sikap percaya diri, yaitu memahami bahwa dalam suatu pertandingan pada akhirnya yang menentukan kalah dan menang adalah atlit itu sendiri. Atlit tidak cukup hanya menguasai teknik,taktik saja akan tetapi lebih dibutuhkan ketahanan mental pada saat pertandingan yaitu percayaakan kemampuan dirinya sendiri.


PON KE XIX JABAR.
PON XIX Jabar 2016 memperlombakan 44 cabang olahraga, 10 cabang olahraga eksebisi dengan total nomor pertandingan: 365 pertandingan putra, 302 pertandingan putri, 33 pertandingan campuran dan 50 pertandingan terbuka di 61 Venue yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Sekitar 8403 atlet di luar atlet tuan rumah akan memperebutkan 755 medali emas, 755 medali perak, 962 medali perunggu dan akan dipimpin oleh sekitar 2195 wasit sebagai penengah.

PERSIAPAN INFRASTRUKTUR
Event megah di jawa barat ini sedikit terganggu dengan masalah infrastruktur pertandingan. Beberapa venue yang semestinya digunakan belum siap untuk digunakan. Sedikitnya 9 venue cabang olahraga masih belum rampung, diantaranya gantole, terbang layang, panahan, menembak, softball, motor cross (gerimang), tinju, berkuda, dan tenis lapangan. Bahkan pertandingan cabang olah raga bulu tangkis dan tarung derajat terpaksa harus dipindahkan.

Dalam setiap perhelatan hambatan dan tantangan yang menghadang bisa saja ada namun yang penting ketika persiapan suatu momen itu dilakukan dengan komitmen yang tinggi. Terlepas dari berbagai kekurangan dan segala keterbatasan event besar PON yang berskala nasional harus tetap dilaksanakan.

DUKUNGAN MORAL
Dalam menghadapi pertandingan konsentrasi para atlet bukan tidak mungkin tidak terganggu, untuk semangat sportivitas dukungan pemimpin juga sangat penting. Hal inilah yang dilakukan para gubernur turut memberi dukungan guna mengukir prestasi besar.
Dalam PON ke-XIX Jawa Barat, Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman sengaja datang menemui langsung kelapangan dan menyalami para atltet riau guna membakar  semangat 336 atlet Riau. (adv/humasriau)

virgin hair diamond jewelry

Copyright 2013 - 2020 PT. FAKTAPOST MEDIA CITRA, All Rights Reserved
[ REDAKSI & MANAJEMEN ]